W E L C O M E

Selamat pagi dari lippenholic!
Selamat pagi teman!
Jadi, mau cerita sedikit tentang selingan di kampus alias pelarian dari perasaan galau! Haha najong. Oke mari bercerita.
Awalnya, terinspirasi dari beberapa teman-teman di kelas, ada yang menjual kalung, jilbab, baju, bahkan segala macam makanan.

Setelah becanda haha hihi sama temen-temen saat itu lagi ada acara himpunan, salah satu temanku, nadia. Nadia bilang ci, coba deh jual produk nya wet n wild. Awalnya asli gatau apaan tuh merk lipstick baru? Punya indonesia?
Akhirnya aku cari tau sendiri~ pada akhirnya oke nad gue jual tapi lu harus beli ya! Haha untungnya ya ampun punya temen-temen yang konsumtif, jadilah sasaran pemasaran produk ini temen deket-temen jurusan-temen kosan-temen sma-sampe akhirnyaaa banyak yang pesen, alhamdulillah.
Nah, sebelumnya aku bukan tipe yang suka pake lipstik gitu, yampun pucet amat gw berarti selama ini. Wkwk gpp natural beauty.
Teruuus gamau dong dikatain mana coba bibir lu aja gapake lipstik. Aku pakai juga dan jadinya suka banget sama lipstik! kemana aja lu tong.
Setelah buat account olshop di ig trus minta buat pada follow alhamdulillah responnya positif. Untung ya punya temen-temen yang support dagangan temennya haha. Sampai gak sadar kalo customer anak ui dan polban. cihuy.
Buat kalian yang mau uang jajan nya nambah ataupun sekadar iseng-iseng berhadiah bisa banget lho jadi reseller lipstick. 
Tipsnya, niat. Harus niat. Ga boleh setengah-setengah. Gak boleh mager.
Disaat kita emang  niat pasti dikasi jalan buat ngelangkah, trust me!
Selain itu, rajin-rajinlah membuka instagram dengan hashtag reseller atau apapun itu pasti banyak banget.
Nah setelah itu, modal sepik kita harus jago. Awalnya aku beli duluan sebelum bener-bener jualin. Jadi pas di pake trus lipstick selalu ada di tas, tinggal modal mba-mba spg deh nawarin lipstick ke temen terdekat dulu. Kalau bisa buat target mingguan. Minggu ini harus ada yang pesen berapa pcs, biar jalan gitu bisnisnya, ulala.
Nah setelah itu, aku bikin pemasarannya man to man atau apasi itu namanya, jadi temen-temen yang udah beli disuruh post di ig trus tag ke olshop aku deh. Otomatis itu macam endorse padahal bukan ya sis. Haha endorse bantu temen.
Dulu sempet omset 600rb, bener ga nyangka sih, lipstick ini masih jarang yang jual di kampus. Jadilah macam monopoli awak kan.
Sampai akhirnya karena ada satu dua hal yang bikin fokus aku nyebar, mulailah perlahan - lahan bisnisku hilang, huhu sedih.
Tapi gapapa. Kadang untuk bisa sampai tujuan ada hal yang harus kita relakan~ tsaah. Apasih wkwk.
Ya begitu intinya, teman-teman yang kini mahasiswa butuh uang tambahan, gak mau lagi repotin ayah ibu nya, bisa banget menjadi reseller lipstick.

Sekian cerita nostalgia menjadi reseller.
Semoga bermanfaat ya!
Goodluck, muach!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Selamat pagi dari tepi laut!
Hai. Sedikit cerita dari yang jarang kita lihat. Letaknya diujung daratan jakarta. Muara Angke Jakarta.
Para nelayan disini, banyak yang bergantung pada kerang sebagai komoditas utamanya dalam melaut. Selama disana, saya dan teman-teman bertugas mewawancara para nelayan yang ada, sebagai pemenuhan salah satu mata kuliah kami yaitu valuasi ekonomi.
Dari keseluruhan yang kami tangkap, para nelayan merasa semakin terjepit. Kenapa?
Karena ada proyek di pulau sebrang yang memaksa mereka harus melaut lebih jauh bahkan kalau pun di dekat pulau tersebut, tambak kerang mereka berisikan kerang yang sudah mati akibat banyaknya limbah dari proyek tersebut. Aku tidak menyebut nama proyeknya, sila kalian sendiri yang menebak. 
Ironis memang, mereka yang hanya bisa melaut dan bergantung pada sumberdaya yang ada, ketika kerusakan datang, hanya bisa bergantung pada Tuhan dan kebaikan semesta. Stakeholder yang lain bagaimana?
Para nelayan tak mengerti mengapa bisa hal itu terjadi, yang mereka tau rakyat kecil akan semakin tertindas di muara angke ini.
Sudahlah rumah kebanyakan tak layak, lingkungan yang seperti itu. Apakah tak ada yang sedikitpun tergerak hati untuk membantu mereka?
Padahal potensi muara angke yang besar ini, dapat dimanfaatkan dan menjadi fokus untuk memberdayakan nelayan di Jakarta.
Apakah selama ini hanya pengusaha besar yang semakin layak untuk menguasai? 
Lalu bagaimana solusinya untuk mereka nelayan kecil?
Iya. Semua tergantung usaha dan kerja kerasnya. 
Meruginya mereka nelayan kecil yang harus lebih berjuang untuk dapat bertahan dari kerusakan lingkungan yang semakin parah.
Dulu mereka masih bisa menyekolahkan anaknya, tapi kini ada yang sebagian anaknya harus berhenti sekolah.
Dear Bu Susi, Menteri tercinta kita, semoga tulisan kecil ini bisa tersampaikan. Alangkah merugi nya kami yang sudah kesana namun belum bisa apa-apa selain menuliskan ini di blog.
Tertanda,
Mereka yang ditepi laut, ingin diperhatikan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Selamat pagi dari margamulya!
Pagi ini disambut oleh pemandangan gunung cikuray yang cantik. Desa margamulya terletak dekat dengan desa cikandang. Ya meskipun desa sebelah lebih terkenal dan maju, tapi desa margamulya juga punya segudang kekayaan alamnya yang indah! So, mari kita ulik satu persatu.
Foto diatas merupakan pemandangan yang saya ambil dari bukit yang ada di belakang rumah singgah kami, rumahnya bu lilis. Desa margamulya memiliki tanah yang subur selayaknya desa pada umumnya di kaki gunung. Desa ini memiliki potensi pertanian pada komoditas tomatnya loh! Selain itu ada wortel, kentang, cabai, dan sayuran lainnya. Tomatlah yang kami jadikan untuk fokus ke dalam program kkn kami.
Nah ini lahan untuk wortel, keren kan! Begitu luas dan suburnya tanah di desa ini, dan tiap warganya memiliki lahannya masing-masing untuk bercocok tanam.
Kemudian, kami diajak oleh warga sekitar untuk membantu panen tomat dan cabai. Tiap panen tiba, para ibu-ibu di desa saling membantu satu sama lain untuk mengambil hasil pertaniannya di lahan mereka. Nantinya hasil dari panen tersebut ada yang dijual ke pasar terdekat ataupun ada juga yang dijual ke tengkulak. Masing-masing pemilik lahan tersebut punya cara yang berbeda dalam hal ini. Namun, ketika ditanya kepada salah satu pemilik lahan, ia lebih suka menjualnya ke pasar langsung, karena tengkulak kadang suka bermain pada harga yang ada. Jadi, menurutnya lebih adil kita sendiri yang tau harga di pasar. 
Pengalaman yang paling menarik memang saat kami KKN disini bertepatan dengan bulan nya panen disini. Sebelumnya, saya dan teman-teman hanya bisa belajar di dalam kelas dan mendengarkan teori-teori yang ada, dan akhirnya KKN mengajarkan kami untuk bisa menerapkan ilmu kami selama di kampus.
Selain itu, kami juga berkesempatan untuk ikut dalam panen kentang, namun sayang foto belum bisa di upload hihi. Nah, untuk komoditas kentang, lahan yang cocok itu berada di dataran yang lebih tinggi. Saat itu, kami subuh-subuh diajak oleh Kang Nyang-nyang salah satu pemuda desa yang dekat dengan kami dan kami pergi ke lahan kentang  tersebut memakan waktu kurang lebih sejam. Perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki dan tentunya jalan yang tidak biasa kami tempuh sebelumnya. Kalo di ingat-ingat ya seperti lagu "mendaki gunuung lewati lembaaah" sebegitu jauhnya dan penuh perjuangan loh. Tak heran kami yang terbiasa hidup di kota banyak mengeluh di perjalanan, maklum fisik pun belum dilatih untuk berjalan sejauh itu, bebatuan, jalan lumpur, terlebih semalam turun hujan, lengkaplah sudah kami seperti "si bocaah petualaaang lincah kakinyaaa sperti kaki kijang hap. Hap. Hap hap hap hap haaaap" wkwk. Tapiii setelah memakan waktu yang cukup lama dan menguras tenaga *ceilah rasa penasaran kita terbayar sudaaaah fiuuuh. Kami benar takjub pada orang-orang yang sudah sepuh yang banyak kami temui di sela perjalanan. Begitu kuatnya warga sini bahkan sampai ada yang sengaja menginap di lahan mereka sendiri untuk menjaga dari pencuri yang memakan hasil panen mereka. Amazing memang! 
Tidak hanya takjub pada pemandangannya kami juga diajarkan untuk memanen kentang seperti apa. Rasanya geli-geli gimana gitu guys, tangan kena cacing gendut-gendut tapi seru! Macam gali harta karun kalo panen kentang wkwk. Iya jadi kentang termasuk umbi-umbian, yang cara panennya harus menggali tanah, pakai tangan. Harusnya sih bawa sarung tangan, tapi kami tanpa persiapan untuk itu. Nah, setelah lelah bekerja menjadi buruh panen kentang, hal yang paling kami tunggu - tunggu datang....jeng jenggggg
Yeaay waktunya makan! Wkwk
Jadi, pemilik lahan memang selalu membawakan amunisinya untuk para buruhnya. Sederhana, tapi enak banget. Kami makan bersama dengan lauk asin, jengkol, sayur lengap sudah nikmat dunia. Selepas panen dan makan bersama, ada satu hal lagi rejeki nomplok, kami dikasih bonus kentang se kresek gede. Awalnya sungkan, tapi kalo dipaksa gapapa deh~ haha.
Alhamdulillah rezeki emang ga baik kalo ditolak. Catet.
Kemudiaaan, hal seru lainnya yaitu sosialisasi pada ibu-ibu untuk bagaimana caranya mengolah tomat biar bisa menambah penghasilan para ibu-ibu pkk disini. Kami buat demo masak saos tomat. Antusiasme ibu-ibu bikin jadi semangat! Mereka pun baru menyadari betapa mudahnya membuat saos tomat. Saos ini bisa jadi mereka buat untuk bakso, gorengan dan hal lain yang bisa dijual untuk menambah pemasukan mereka. Ya meskipun sederhana, setidaknya program kami bisa terus bermanfaat untuk warga disini. Karena, jujur potensi yang banyak di desa ini harusnya mampu menyejahterakan warganya, dan semoga hadirnya kami bisa sedikit membantu warga disini. Oke, sekian duluu cerita berharga dari aku dan teman-teman amazing margamulya, hehe semoga bermanfaat buat kalian yang mendapat desa margamulya untuk KKN!
Goodluck!

-Aisy, bagus, fikar, fathia, farha, yanti, sri.
-Kabupaten Garut, Cikajang, Desa Margamulya dengan segala keramah-tamahannya :)
@2016.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Pangkal Pinang.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts

Follow Us

recent posts

Blog Archive

  • ►  2019 (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2018 (28)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ▼  Februari (4)
      • Reseller lipstick, why not?!?!
      • Muara Angke, 2016.
      • KKN IPB 2016 Cikajang, Desa Margamulya 2016.
      • Pangkal Pinang.

Created with by BeautyTemplates | Distributed by Gooyaabi Templates