Pengendalian Emosi
Mengendalikan emosi.
Hal yang dari dulu penasaran dari kuliah yaitu pendidikan parenting. kepo aja gitu, aku yang sekarang sebenernya hasil dari parenting yang seperti apa ya. Pagi itu akhirnya ikut ajakan seorang teman ke acara sharing tentang pengendalian emosi yang diadain oleh keluargakita. Perlu kita sadari bahwa pengalaman masa lalu yang ayah ibu kita lakukan ke kita pasti terekam dalam alam bawah sadar kita. Yang perlu adalah kesadaran apasih yg harus diselesaikan jika pengalaman buruk atau momen innerchild kita tiba-tiba muncul. Misal seperti marah pada hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Marah itu hal yang normal dan artinya punya pemahaman pada emosi diri dan mudah merespon pada kondisi yang tidak sesuai dengannya.
Ada banyak hal untuk meminimalisir muncul nya innerchild kita. Salah satunya berdamai dengan masa lalu itu, menyadari bahwa hal itu sudah tidak diperlukan lagi dimasa sekarang, karena aku yang sekarang sudah pintar mengelola emosi diri. Setelah itu bagaimana? Buatlah self healing sendiri. Contohnya kalau aku akhir-akhir ini banyak membaca buku pengembangan diri, selain itu banyak mendekatkan diri pada Tuhan, buat list apa saja yang udah aku lakukan hari ini, apa saja yang bikin aku bahagia, apa saja yang buat aku kesel. Lama - kelamaan kita jadi banyak tau sama diri sendiri. Lebih baik kenali diri sendiri dulu bukan sebelum mengenali orang lain? Oops,Heheh.
Kemudian bentuk emosi lainnya adalah cengeng. Hal itu berarti punya pemahaman emosi diri dan punya perasaan empati terhadap orang lain. Contoh bila sudah berkeluarga punya anak yang sudah mulai merasakan emosi dirinya seperti cengeng di depan umum kalau ditinggal pergi sama orang tua, hal yang bisa dilakukan menurut beberapa moms katanya biarkan anak itu menangis, jangan dilarang seperti 'jangan nangis dong sayang, shuuuutttt shuuut cup cup' biarkan dia menangis dulu, abis itu baru bicara pada si anak 'sayang mau apa, dijelasin kenapa kita gabolehin anak itu pergi sama kita' intinya adalah pahami anak tersebut untuk merasakan emosi dia sendiri, kemudian kita jelaskan pada anak dengan seasik mungkin sampai anak tersebut mengerti dengan mau bekerja sama dengan kita. Begitu kata moms moms muda, haha.
Kemudian, pendidikan parenting itu bukan hanya sebatas lingkungan keluarga saja ayah ibu kaka adik kakek nenek om tante, lebih dari itu. Lingkungan teman main, teman sekolah, teman belajar, teknologi juga ikut mempengaruhi pendidikan parenting kita pada anak tersebut. Bahkan kurang nya peran salah satu orang tua, seperti misal selama ini yang mengurus anak hanya ibu, ayah di luar negeri bekerja dan hanya dua bulan sekali bertemu anak. Contoh itu bener-bener berdampak pada pendidikan parenting anak. Akibatnya apa? Anak akan lebih nyaman untuk dekat kakek neneknya karena sang ibu juga bekerja jadi waktu anak banyak dihabiskan dengan kakek neneknya. Sampai akhirnya ayah nya pun risih dan tidak tenang kalau anaknya sudah tidak menanti kehadirannya lagi, lebih penakut kalau dekat ayahnya (karena sang ayah orang yang tegas). Akhirnya perlu komunikasi dan kesepakatan yang dituju untuk masa depan anak ini sebelum terlambat. Akhirnya sang ayah memutuskan untuk bekerja di dalam negeri supaya bisa dekat anaknya lagi.
Contoh lainnya aku di rumah full time diasuh dan penuh pengawasan oleh mama bapak. Waktu kecil dekat sekali sama bapak, kalau bapak pergi kemana aku harus ikut, intinya gamau di tinggal sama bapak pergi. Tapi, aku juga dekat dengan mama, kalau yang bantuin pr aku, ngajarin aku berhitung itu semua mama. Jadi aku baru sadar, aku yang sekarang hasil parenting yang seimbang oleh mama dan bapak, yeaaaaayy haha. Oiya selain itu aku baru menyadari fenomena weekend couple. Meeen, temen gw aja yang masih pacaran statusnye pas dia ldran ama pacarnya Itupun cuma sebulan galaunya bukan maeeen. Gila gak tu, ini udah menikah tapi karena tuntutan pekerjaan, mau ga mau ldran. Ketemunya pas weekend aja sama hari libur Hmmm. Oke skip, lanjut.
Hal lainnya, untuk umur anak balita batita itu penting banget dekat dengan ayah dan ibunya, jangan sampai ia terbentuk oleh lingkungan orang luar, sebisa mungkin kasih sayang buat anak itu dekat dengan ayah ibunya. Jangan sampai ketika si anak sudah dewasa dan dia berkeluarga, si anak ini menerapkan hal yang sama pada anaknya sendiri ataupun si anak jadi tidak dekat dengan kita ketika kita sudah menjadi orang tua yang sepuh. Hal yang penting adalah 'keep in touch' sama ayah ibu kita.
Komunikasikan ekspektasi kita sama orang tua kita, meskipun nanti pasti ada emosional yg terlibat nantinya.
Belajarlah untuk paham terhadap ekspektasi kita ke orang tua atau orang lain, supaya bisa mengelola emosi. Respon respon emosi itu wajar, jadi harus bisa mengelola diri mengetahui dominan emosi kita itu apa apakah marah, ingin dapat pujian, khawatir, rasa bersalah. Dari sekian hal yang ditangkap dari sharing ini, makin sadar kalau seorang perempuan itu nantinya akan merangkap banyak peran. Dia seorang istri, seorang ibu, seorang anak, seorang pimpinan, seorang pekerja rumah tangga, seorang perempuan, daaan banyak lagi peran perempuan lainnya. Oke sekian hasil tulisan tentang pengendalian emosi, semoga bermanfaat ya (calon) moms! 😂😄
0 komentar