Merasa benar

by - 08.34

Ada hal yang selalu mengganggu.
Tentang rasa yang selalu salah diartikan, tentang persepsi yang selalu bersebrangan.
Ada seseorang pernah berkata begini
'jika terus menerus merasa lebih baik sendiri, nanti barulah sadar ketika umur sudah tak lagi lama, barulah mulai menjual diri ini kepada siapapun yang mau'
Sungguh menohok hingga ingin menonjok di sela macet nya saat itu.
Untung saya punya rasa peredam emosi yang baik.
Saya pikir itu hal yang sangat amat tidak pantas diucap. Seolah beliau tidak mengimani adanya Tuhan.
Bagaimana?
Rasanya begitu suka hatinya berucap tanpa berpikir lebih dulu.
Sebabnya, aku selalu memperhatikan tiap ucapan orang-orang terdekat, apakah orang tersebut memang orang yang baik? Atau berpura-pura baik supaya bisa memenangkan hati?.
Kalau pun orang terdekat bersikap salah, masih saya maafkan. Tapi untuk urusan ucapan yang keliru saya mundur untuk memilih memaafkan. Mungkin dimaafkan tapi agak lama.
Begitu kiranya salah seorang yang pernah berucap tanpa pernah berpikir dahulu. Begitu kiranya orang yang merasa paling benar tanpa pernah membaca terlebih dahulu.
Dari hal itu, saya banyak belajar. Belajar untuk tetap berhati-hati saat bicara hal yang serius, terutama masalah hati.
Lebih banyak diam, karena lidah bisa saja salah pada hati tak ingin begitu.
Iya, saya tipikal perempuan yang paling sensitif dengan ucapan. Lebih mudah sakit oleh ucapan ketimbang perlakuan.

You May Also Like

0 komentar